Sedekah menolak bala, bagaimana bisa? hal ini di jelaskan dalam firman Allah ta’ala yakni,
وَمَا أَنفَقْتُم مِّن شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ
Artinya:
“Apapun harta yang kalian infakkan maka Allah pasti akan menggantikannya, dan Dia adalah sebaik-baik pemberi rizki.”
(QS. Saba’: 39)
Sedekah yaitu mengeluarkan sebagian harta, berapa pun jumlahnya, untuk disumbangkan kepada mereka yang membutuhkan. Sedekah juga bisa dalam bentuk materi, seperti senyum, ilmu, dan tenaga.
Salah satu pahala sedekah adalah menghindarkan diri kita dari bencana atau musibah (sedekah menolak bencana), sebagaimana sabda dari Nabi Muhammad SAW:
“Bersegeralah bersedekah, sebab bala bencana tidak pernah bisa mendahului sedekah. Belilah semua kesulitanmu dengan sedekah. Obatilah penyakitmu dengan sedekah. Sedekah itu sesuatu yang ajaib. Sedekah menolak 70 macam bala dan bencana, dan yang paling ringan adalah penyakit kusta dan sopak.”
(HR. Baihaqi & Thabrani)
Sedekah Juga Menolak Bencana di Akhirat
Sebagaimana sabda Nabi SAW:
“Bentengilah diri kalian dari siksa api neraka meskipun dengan separuh buah kurma.”
(Muttafaqun ‘alaih).
“Naungan bagi seorang mukmin pada hari kiamat adalah sedekahnya.”
(HR. Ahmad). Wallahu a’lam.
Tak ada yang meragukan pahala shadaqah atau infak di jalan Allah. Di alam kubur sedekah akan memadamkan api siksa di dalam kubur (HR Thabrani).
Di Hari Kebangkitan dan di padang Mahsyar mereka akan mendapat naungan Allah (HR Bukhari).
Pahala shadaqah tidak hanya dinikmati di akhirat saja, bahkan di dunia ini pun pelaku shadaqah bisa memetik keutamaannya.
Salah satu keajaiban shadaqah yang bisa dirasakan di dunia adalah menjaga pelakunya dari keburukan dan musibah (daf’ul bala’).
Ibnul Qayyim menjelaskan,
“Sedekah memiliki pengaruh yang ajaib dalam mencegah berbagai bala’, walaupun sedekah dari seorang fajir (ahli maksiat) atau zalim bahkan dari orang kafir. Karena Allah mencegah dengan sedekah berbagai bala’.
Hal ini telah diketahui oleh manusia baik yang awam ataupun tidak. Penduduk bumi mengakui hal ini karena mereka telah membuktikannya”
(Al-Waabilus Shayyib, hal. 49, Darul Kitab Al-‘Iraqi, Beirut, 1405 H, Syamilah)